Kamis, 22 Desember 2011

IPUNG TASIFUN; Guru, Pengusaha dan Motivator

0 komentar
Ipung adalah seorang guru SMA yang jeli melihat peluang. Kemauannya yang mulia untuk ikut menyukseskan orang-orang disekitarnya membuat dia makin sukses dalam menggeluti usahanya. Tanpa harus lepas dari tugas mulianya sebagai guru, dia mampu menjadi guru teladan dalam berwirausaha. Kisah lengkapnya demikian:

Sifatnya sebagai seorang guru, tidak luntur ketika Ipung mengembangkan usaha. Ia rajin berbagi ilmu dan memotivasi orang lain untuk giat berusaha. Di dua perusahaannya, ia banyak menampung siswanya yang sudah lulus sekolah.

SUKSES itu bisa membuat orang lain tersenyum. Sukses itu bisa membuka lapangan kerja untuk orang lain. Sukses itu bisa membagi serta menularkan keberhasilan pada orang lain. Jadi, sukses itu tak hanya untuk kita, tapi juga untuk orang lain.

Demikian rangkuman definisi sukses yang keluar dari bibir Ipung, seorang guru, pebisnis dan sekaligus motivator yang tinggal di Bandung, Jawa Barat. Kisah sukses seorang guru hingga mampu membangun dua perusahaan beromset miliaran rupiah dalam setahun.

Pada 1994, berprofesi sebagai guru SLTA membuat Ipung mampunyai banyak waktu luang untuk  mengaktualisasikan dirinya. Rute Yogyakarta-Bandung yang kerap dilalui untuk pujaan hati pun dimanfaatkannya berbisnis kecil-kecilan. Dari Yogyakarta, Ipung selalu membawa hasil kerajinan tangan semisal kain tenun dan batik. Barang griya itu kemudian dijual kembali secara kredit ke relasi Bandung.
Hasil yang lumayanpun diperoleh Ipung. Dan kemudian ia pun berinisiatif bersama rekan seprofesinya untuk berbisnis seraya mengisi waktu luang. Bisnis perdananya waktu itu adalah seragam sekolah. Namun, karena seragam sekolah  hanya ramai mejelang penerimaan murid baru, membuat naluri bisnis mereka semakin tajam ”kita kemudian menjual beragam produk, kadang jualan sepatu, penjepit rambut, apapun yang bisa kita jual kita jual,” kata Ipung.

Namun karena rekannya banyak yang menilai bisnis ini kurang dan hanya membuang waktu saja, banyak diantara mereka yang mundur. Tapi tidak bagi Ipung dan seorang rekannya, ia terus berbisnis. Semangat dan kesabaran itu mulai mendapatkan titik terang pada 1996, ketika mereka bertemu dengan seseorang yang memesan pakaian haji dalam jumlah besar.

Lantaran kurang pengalaman, proyek itu tak berjalan mulus, hajinya sudah berangkat produknya belum selesai semua. Jalan semakin cerah ketika Ipung bertemu dengan sebuah perusahaan baju muslim yang baru merintis usaha. Ternyata busana muslim yang dipasarkan dengan sistem titip jual itu laris manis. Katanya pemicu busana itu laris karena ketika ada televisi yang menanyangkan acara Ramadhan, artisnya memakai busana buatan Ipung.

Sadar keahlian berbisnisnya masih sangat minim, Ipung mengikuti pelatihan berbisnis yang diberikan oleh Departemen Koperasi. Dari sini, ia bertemu dengan PT. Sarana Jabar Ventura. Maka, pengetahuan Ipung soal bisnis pun bertambah luas. ”Kita diajarkan bagaimana cara berbisnis, diajarkan bagaimana administrasi, dan sebagainya, kitapun diajak ikut pameran,” kata Ipung.

Usai digembleng di PT. Sarana Jabar Ventura, Ipung kemudian mejadi mitra binaan PT. Sucofindo. Disini, ia kembali mendapatkan pendidikan bisnis, semisal bagaimana mengurus administrasi, cara pemasaran dan bagaimana cara menginvestasikan diri. ”Bisnis dan diri saya menjadi lebih tertata dan itulah salah satu yang terbaik diberikan PT. Sucofindo, yang tidak ternilai. Karena saya jadi mengerti bagaimana menjalankan usaha yang baik,” imbuhnya.

Selain itu, selama menjadi mitra binaan PT. Sucofindo, Ipung juga sering dibawa ke berbagai pameran, skala nasional dan internasional. Selain bisa mempromosikan dan memasarkan produknya, Ipung pun mendapat wawasan berbisnis yang lebih luas.

Dua perusahaan yang dikelola Ipung, PT. Medani Insan Cemerlang dan PT. Wira Sukma, juga pernah mendapatkan pinjaman berupa dana talangan dari PT. Sucofindo.

Ini merupakan dana yang dibutuhkan anggota binaan yang membutuhkan dana cepat dan bisa mengembalikan dengan cepat pula. Waktu pengembaliannya selama 6 bulan hingga satu tahun. ”Waktu itu PT. Wira Sukma dikasih Rp. 30 juta, yang kedua Rp. 50 juta. Sedangkan PT. Medani yang pertama Rp. 20 juta, yang kedua dana talangannya Rp. 50 juta,” kata Ipung.

Kegigihan Ipung untuk terus belajar dan menangkap peluang, berhasil membuat perusahaannya meraup omset yang cukup besar. Tahun lalu, 2007, omsetnya mencapai Rp. 6 miliar, tahun ini PT. Wira Sukma ditargetkan meraup omset Rp. 9 miliar. Sedangkan PT. Medani, tahun lalu omsetnya mencapai Rp. 4 miliar, dan tahun ini ditargetkan Rp. 6,5 miliar.

Selain berbisnis, keseriusan Ipung menggeluti dunia usaha juga didorong niat mulia. Ia pernah melakukan survey di tempatnya mengajar. Hasilnya, ternyata hanya 20-30 persen siswanya yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Sebagian besar sekitar 70 – 80 persen kembali ke masyarakat.

Mereka inilah yang bakal membutuhkan lapangan pekerjaan, dan oleh Ipung diberikan motivasi untuk diberikan entrepreneur. ”Jadi disekolah fungsi saya ganda, mengajar dan memotivator mereka untuk menjadi entrepreneur dan menciptakan lapangan kerja,” imbuhnya.

Ia menambahkan, dari total karyawan, sekitar 40 persennya adalah mantan siswanya yang setelah lulus langsung bergabung. ”Ada juga yang menjadi rekanan perusahaan kami, itulah yang membuat saya semakin senang dengan bisnis,” ucapnya.

Saat ini Ipung telah berhasil menampung tenaga kerja untuk kedua perusahaan sekitar 39 karyawan lepas. Dan kemudian juga ada vendor semisal tukang sulam yang jumlahnya mencapai ratusan. Itulah sosok Ipung, guru yang menjadi pebisnis, dan kemudian memotivator para siswanya untuk menjadi entrepreneur.
sumber :

Leave a Reply

Labels