Kamis, 22 Desember 2011

PAK IS; Sukses dengan Motor Seken

0 komentar
Kisah tentang seorang guru honor SD, yang begitu gigih dalam mempertahankan hidupnya. Kisah ini ditulis oleh seorang blogger bernama Efri Yaldi. Berikut kisah Pak Is:

Sebut saja namanya Is. Waktu itu, tahun 2003, dia adalah seorang guru SD biasa, masih honor lagi. Tempat mengajarnya lumayan jauh, 30 km dari kota kecil kami. Saya sering berpapasan dengannya ketika saya masih bekerja di kawasan wisata. Yap, beliau pulang kadang jam 11 atau 12 siang. Kembali ke ‘gubugnya’ yang terletak di pertigaan di tepi kota.

Di gubugnya itu, Pak Guru Is dan istrinya berjualan kecil-kecilan. Maklum, posisi strategis. Lumayan juga yang belanja. Soalnya di seberang jalan adalah pondokan putri. Tapi, sejak pondokan itu dijual, warung Pak Is kembali sepi. Saya sering singgah, kadang hanya untuk beli rokok dan ngobrol sebentar sekitar jam 8 malam.
Suatu ketika, saya kebingungan menjual motor butut yang saya beli untuk ngojek. Motor ini sengaja dulunya dipakai untuk menambah penghasilan. Join dengan para pemuda yang nganggur. Hasilnya sih lumayan, tapi karena saya sudah mau pindah ke kota, mau tak mau motor butut ini mesti dijual. Saya coba ke tukang bengkel, tapi harga yang ditawarnya sangat murah. Akhirnya saya curhat ke Pak Guru Is.

Entah mengapa, Pak Is tiba-tiba menawarkan teras warungnya untuk memajang motor saya. “Ntar kalo ada yang beli, Mas saya ketemukan dengan calon pembelinya. Silakan bernegosiasi ya, untuk saya hanya 300 ribu saja,” demikian Pak Guru Is menawarkan jasanya. Sederhana sih. Pak Is hanya menawarkan tempat, dengan komisi yang menurut saya sangat wajar.

Kurang dari 24 jam, sepeda motor itu akhirnya terjual 6,5 juta. Tentu saja saya sangat senang. Padahal, jika saya yang menawarkan ke orang-orang, hanya ditawar 4 juta. Setelah meninggalkan bagian Pak Guru Is, saya pun bersalaman, pamit pindah ke kota yang lebih besar.

Tiga tahun berlalu. Saya rindu ke kota kecil dimana saya pernah tinggal di sana 4 tahun. Sekaligus ingin jumpa teman-teman lama, termasuk Pak Guru Is. Ketika saya singgah, warungnya sudah permanen. Mirip mini swalayan. Teras sederhana yang dulunya hanya semen biasa, telah ditambah dengan kanopi yang lebar. Dan motor-motor ’seken’ yang berjejer menggoda peminatnya untuk singgah. Ada lebih 20 motor. Wah, kegigihan Pak Guru telah menghasilkan bisnis yang dahsyat. Utamanya bagi kami, para karyawan dan pegawai kelas sendal jepit.
sumber :

Leave a Reply

Labels